Walking Tour – Darmo Boulevard

didn’t know what to do, since all kids already had plans, I decided to sign for for a walking tour via @bersukariawalksby nemu di Instagram. Untung masih ada slot. Yang tersedia rutenya di hari natal tersebut Darmo Boulevard.

The Icon

Start-nya dari Kebun Binatang Surabaya. setelah makan siang di Localhaand, Jalan Tunjungan lalu sengaja naik Trans Suroboyo, enak ih, bus-nya adem!

Oh ya, walking tour-nya dimulai sore hari. Sampai bonbin, langsung hujan deras ngga ada ampun! Wkkwkwk. jadi mulainya telat, nungguin peserta yang kehujanan.

Pesertanya ada saya, dua mahasiswa yang menimba ilmu di kampus yang sama dengan si adek, sepasang kakak beradik dan ayah mereka asal kota Bandung. Semangat juga ya!

Kebun Binatang Surabaya sendiri dibangun awal 1900’s oleh seorang Belanda yang hobi koleksi binatang. Awalnya ngga disini, ya kan saya bukan arek Suroboyo ya, jadi pas disebut nama daerahnya saya ngga paham :D, pokoknya area sekarang hibah dari maskapai kereta api saat itu. Makanya lokasinya dekat dengan stasiun Wonokromo.

Kebun binatang ini sempat tutup karena krisis, korupsi kalau ngga salah #duh! Stories did repeat!

Tour guidenya hampir sebaya sama si Kakak, baru lulus dari Jurusan Sejarah Undip apa ya, lupa!

Jadi dulu ceritanya, VOC buat perumahan di daerah Darmo ini, jalanan memang dibuat oval (saya lingkari merah) untuk mengurangi sengatan Matahari. Hal simple yang tidak lagi diperhatikan developer negeri ini karena yaa…tidak ekonomis.

Lala bergeser, tidak jauh dari bonbin ke bangunan rumah, dimana jaman dulu ada trem lho lewat situ! lenyap sudah trem dan sisa rel-nya. Sekarang bangunan ini menjadi asset Bank Indonesia, perpustakaan kalo tidak salah ingat.

Kalo rintik-rintik hujan syahdu bener ya Jalan Darmo (kayaknya) paling rapih dibandingkan daerah lain (Daerah Ciputra Surabaya Barat ngga hitungan, kan developer yang bangun :p )

Bangunan lama atapnya segitiga, untuk sirkulasi udara

Melewati Taman Bungkul, kami ke Sanggar Penerangan, letakbya di samping Gereja Katolik St Bonifacius. keduanya bangunan peninggalan Belanda.

Sanggar Penerangan

Sayangnya tidak ada penunggu, kata tour guide nya sih boleh masuk kalau ada yang jagain.

Jadi waktu Presiden Soekarno (eh belum presiden) masih remaja, beliau naik sepeda dari Peneleh ke Darmo untuk ke gedung ini, membaca buku-buku Belanda! Wow! Usia belasan, beliau menghabiskan banyak buku diluar bahasa ibunya (i assume Bahasa Indonesia belum ada ya. Masih sekitar 1915’s lah ya), beliau kan lahir 1901! Pantas ketika menjadi presiden beliau mengirim putra putri terbaik bangsa sekolah di luar! Tapi ini cerita lain saja, saya baru nonton Eksil.

Karena ini temanya Darmo Boulevard, melewati gedung bersejarah lain yang masih dirawat cukup baik seperti Sekolah Santa Maria yang dibangun tahun 1924.

Hari mulai gelap, dan tour-pun berakhir di Monumen Perjuangan Polri. Gelapnya bukan karena lama sih, karena tengah jalan hujan deras. Jadi berhenti dulu

Monumen Polri

Foto sembarang ambil, ketika mau ke bandara.

Monumen ini dibangun untuk mengenang perjuangan polisi istimewa, yang dibentuk Jepang pada tahun 1944 (Tokubetsu Keisatsu Tai) Polisi Istimewa ini konon cikal bakal POLRI, dan organisasi yang diperbolehkan memiliki senjata pasca Indonesia baru merdeka, bersamaan dengan Barisan Tentara Rakyat.

Mohon maap prend…kebiasaan jelek saya lupa takes notes! Ceritanya banyak tapi saya jadi lupa *sad*

Tour-nya ini bersifat pay as your wish a.k.a sukak sukak kelen lah! Dan cendramata nya dikasih sticker dengan gambar Gereja Hati Kudus Yesus, tidak jauh dari Monumen Polri tadi. Setelah tour, saya berjalan sendiri kesana.

Karena saat itu malam natal, makanya gereja ramai. tidak banyak foto, terlalu ramai. Gereja jni juga bangunan tua yang dibangun pada tahun 1921, sudah ditetapkan juga sebagai cagar budaya!

Sejak ikut tour ini saya baru sadar, Surabaya menarik ya! Kapan kapan pengen join lagi terutama ke Kampung Peneleh kalau jenguk anak bungsuku. But the main issue is anaknya kan belum tentu mau dijenguk yaaa! Hahahahah!

Leave a comment