and…it is BIG!
Ini kunjungan kami kedua ke TMII dalam dua bulan terakhir, yang pertama September lalu, namun belum sempat cerita-cerita.
Ini cerita kunjungan pertama
Saya mengajak anak-anak kembali mengunjungi Musium Air Tawar & Musium Serangga (HTM : Rp 15.000,-/orang untuk kedua musium). Sebenarnya mereka pernah kesini…dulu banget, Kevin masih 4 bulan 😀 *mana ingat ya* Dan sepertinya sudah banyak perbaikan, misalnya penerangan sudah bagus, AC-nya berfungsi, dulu ada pagar yang tidak terkunci…sekarang (sepertinya) hal ini sudah diperhatikan.
Musiumnya sendiri mirip Sea World, dengan aquarium besar di sebelah kiri musium.
Seperti yang saya cerita dulu, kiddo#2 has a great interest on animal. Jadilah sepanjang perjalanan suara dia teriak-teriak “Bun..lihat,Bun” menggema.
Ikannya besar-besar….selama ini yang dia lihat cuma ikan mas koki yang di kolam ikan, atau ikan lele/mujair/gurami yang di meja makan
Kalau si kakak, karena sekarang sudah bisa baca…jadi hobi story telling tentang ikan, habitatnya, dll ke si adik.
Dan tidak cuma ikan, kura-kura, buaya, labi-labi juga ada di sini. Ikan paling berkesan siy…Piranha…mereka sibuk ngebayangin bagaimana ikan2x itu bisa melahap kuda yang terluka (sesuai cerita di sebelah aquarium).
Setelah itu, kami pindah ke musium sebelahnya, Musium Serangga…yang menampilkan jenis-jenis serangga yang sudah di awetkan.
Di luar Musium Serangga ada Taman kupu-kupu. Yah, taman biasa dengan pohon, bunga, dan kupu-kupu yang terbang 1-2…ngga banyak sih.
Mungkin karena saat itu habis turun hujan lebat. terus mereka melihat kupu-kupu indah dengan sayap yang patah.
Kiddo#1 langsung nangis “Gimana nanti dia pulang…kan kasihan ngga ketemu orang tuanya lagi…” 
Too bad I don’t know how to fix a butterfly’s broken wing! 😦
Lalu, setelah mengisi perut, kami naik kereta…model LRT gitu. HTM juga Rp 15.000/orang.
Tadinya saya berpikir ini model “shuttle”, kita bisa turun di stasiun yang lain untuk
melanjutkan melihat2x anjungan atau musium yang lain. Jadi yang tidak punya kendaraan pribadi bisa tetap nyaman. Ternyata ngga bisa, hanya berlaku 1 kali keliling.
Setelah itu, mampir melihat musium ini: *sumpah, ini kunjungan saya yang pertama ke musium ini* 😀
HTM-nya sangat murah Rp 2.000,-
and…looks like we were the only visitor there. *apalagi kemaren ke sana tanggal muda, probably orang-orang menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan*
Diorama menceritakan produksi minyak dari hulu ke ilir (eh…bener kan urutannya), sudah banyak yang bocel-bocel dan rusak. Penerangan di dalam payah banget dan waktu Kiddo#2 kebelet, hayaah….kami kesulitan mencari letak toilet dimana (tapi toiletnya bersih sih…)
Selain jenis-jenis “pump”, miniatur platform, rig, etc…juga ada display tentang produk turunan dari minyak bumi.
baru setelah pulang saya sadar, kalau bentuk musium ini menyerupai platform/anjungan minyak lepas pantai.
Anyway…
kami lanjut ke musium di depannya. Musium Iptek
*yep, ini kunjungan saya pertama kali ke sini juga :D*
Mirip-mirip Singapore Science Centre gitu deh. Sepertinya, ini HTM paling mahal, Rp 16.500,-/orang.
awalnya saya pikir, tumben niy musium rame karena berisiknya suara yang menggema…ternyata memang ada rombongan. Nasib musium, ramainya kalau ada rombongan anak sekolah.
Yang Kevin duduk, replika pesawat tempur. Cuma gitu deh, ngga terawat…malah ada yang buang sampah di sana. Hih…
Tapi isinya “seru”, Di dalamnya banyak permainan-permainan edukatif, simulasi rumah gempa, dll.

Serulah pokoknnya, kalau balik lagi “worthed”
That the end of our first TMII trip.
On de way keluar pintu, kan melewati Musium Komodo, karena saat kunjungan pertama sudah menjelang magrib, saya menjanjikan there will be the second trip.
And..ditagih aja teroosss….:D
Ini cerita hari ini
Jadilah kami kemari…
saya bilang sama Kevin di rumah :
“Dek, itu cuma patung komodonya aja ya, ngga ada komodo hidup disana”
“Kalau komodo hidup dimana?”
“Pulau Komodo, di NTT”
“Oh, rumahnya si Meri donk”
Meri?
“itu yang di film Tanah Air Beta”
Subhanallah…anak-anak daya rekamnya luar biasa ya!
Anyway, HTMnya Ro 10.000,- Dari kunjungan kemaren saya membuat asumsi sendiri, kalo HTM-nya diatas Rp 10.000,- pasti musiumnya terawat dan tidak salah juga 😀
Pertama kali masuk, akan terlihat kandang-kandang reptil. ternyata bukan hanya komodo saja, tetapi ada reptil hidup lain seperti Ular Sanca, Kura-kura, Buaya, dan jenis ular-ular lain. Duh…saya sebenernya geli banget liat ular…hiiii….
And…seperti judul tulisan ini…saya salah *lah, terakhir ke musium ini sepertinya tahun 1995 waktu masih SMA dulu rombongan sekolah*
Setelah melewati kandang-kandang itu, saya melihat tulisan “KOMODO” hooo…ada ternyata:
Besar bowwww!!!
Pas lagi lihat dari atas, ada pegawai yang menawarkan melihat dari dekat. Cuma sayang, anak-anak ngga berani 
Dan seterusnya, kami dipandu bapak ini…termasuk meliat another kandang ular yang mengelilingi kandang biawak ini, koleksi binatang yang sudah di awetkan yang berada di dalam musium komodo *yang saya liat waktu saya SD*, dan reptil lain yang sebelah kanan gedung.


Di salah satu kandang, saya melihat ular yang sedang memakan mangsanya, berupa anak ayam *ular makan ular juga ada lho….sempat lihat juga tadi, termasuk ular yang ganti kulit*
Ular Sanca emas mau makan anak ayam, sempat melihat adegan sarat kekerasan ini. Wih, asli ngga tega mendengar dua anak ayam itu, mojok merintih2x berduaan, menunggu ajalnya :((
Karena kamera yang biasa lagi masuk bengkel, cuma jepret kamera dari handphone.
Kelar dari sini *eh, ya sekalian nanya…tips untuk tour guide gini berapaan siy* kami melanjutkan ke Musium Keperajuritan…itulah….gedung paling gagah.
Isinya diorama peperangan di Indonesia termasuk sekilas cerita sejarahnya. Tapi nih ya…dioramanya ketinggian,,,yang ada anak-anak manjat2x ke display karena mau lihat dioramanya…
Ketika pulang, saya baru sadar belum bayar karcis masuk, karena masuknya dari pintu balakang. hadeh…mahap deh pak…sepertinya ngga mahal juga, mungkin Rp 2.000,-an ya.
And that the end of the second trip, karena kiddo#1 mau les nari jam 3 siang dan mereka belum makan siang.
Anyway, I have trivia question:
gambar ini saya ambil dari Musium Iptek, dari tiga peragaan ini (beban sama, panjang tuas sama), manakah yang paling ringan jika dianggkat manual? Dapat dilihat di gambar, titik penopangnya berbeda-beda) :p