Menarik sekali topik #10daysforASEAN yang ketiga, saya memang gemas membahasnya.
Tahun 2011 lalu, saya menjadikan Malaysia sebagai tempat menghabiskan cuti 2010. karena iseng cari tiket, pesawat CGK – PNG sangat sangat masuk akal biayanya.
Pendek kata mulailah saya browsing demi menyusun itternary untuk perjalanan ke Penang ini.
Hasilnya, kurang dari 2 jam saya susah dapat gambaran :
- Naik apa dari bandara ke georgetown (awalnya memilih menginap di georgetown)beserta biayanya.
- kemana saja di georgetown dan biayanya
- Bagaimana ke penang Hill, Keh lok sie Temple dan batu feringi beserta biayanya.
- Jadwal keberangkatan bus dari penang ke ibukota dan biayanya. Serta waktu tempuh.
Bahkan saya ada bayangan jika ingin melanjutkan perjalanan ke Malaka dengan point-point yang hampir sama.
Oh, informasi diatassaya dapat dari website resmi lho! Bukan catatan blogger atau Trip Advisor.
In short , my trip was very memorable.
Disini saya memulai bertanya,
Ada ngga ya informasi untuk ke Taman Safari Indonesia dari bandara?
Hasil browsing saya saat itu : nil!
Bahkan ketika saya ingin naik Trans jakarta dari Dukuh Atas ke Kelapa ading, sulit mencari tahu via internet harus naik dari koridor apa.
Ini saya, penduduk Tanggerang yang memakai Bahasa Indonesia. Bagaimana jikalau seandainya orang dari negara lain, yang sedang business trip menginap di Le Meridien Sudirman ingin jalan-jalan ke Kota Tua misalnya?
kenapa “Truly Asia” yang diusung Malaysia berhasil bahkan termasuk 10 negara yang paling sering dikunjungi versi World Tourism Organization PBB ?
Pengamatan dangkal saya: infrastruktur mereka jauh lebih baik sehingga hanya perlu mengemas dengan sedikit sentuhan!
Tanjung Aan jauh lebih menarik dari pantai di Batu Feringgi!
Tapi coba cari info di google, “How to get to Batu Ferringi from airport”
Bandingkan dengan
“How to get to Tanjung aan from airport”
Apa yang anda dapat? 😀
Di Tanjung Aan saya sibuk menolak dengan halus pedagang asongan yang menyemut di sekitar saya. Di Batu Feringgi saya foto dengan 1876 pose ajaib 😀 tanpa merasa terganggu.
Di bandara Soekarno Hatta saja belum tersedia layanan kereta api menuju pusat kota. Tapi dalam waktu 15 menit via internet, saya yakin anda mengetahui berapa biaya naik KLIA Express ke pusat kota beserta waktu tempuh dan frekuensi keberangkatan.
Enough said tentang negri jiran.
Saya ingin menampilkan foto-foto perjalanan saya di negeri ini. Semua koleksi pribadi, asal jepret.
Tiga saja :
Bromo
Tanjung Aan
Bahkan di daerah yang bukan tempat wisata, dari Majalengka menuju Cirebon
Baru pemadangannya ya? Belum kulinernya, keseniannya, bahasa daerah, aktivitas sehari hari seperti aktivitas di Sungai Barito, sejarah negeri ini yang dipaparkan oleh puluhan museum atau bangunan tua seperti Keraton Kasepuhan, Cirebon. Ini baru dari Cirebon. Ada berapa banyak kerajaan di Tanah Air ini? Anda bahkan lebih tahu banyak dibanding saya.
Ketika anak saya tampil di Gedung Kesenian Jakarta, hati saya miris. Saya ingat betul acara ini kalah ramai dengan antrian film Harry Potter yang saat itu mulai beredar. Sangat minim publikasi! Padahal acara ini gratis lho!
Pada festival budaya saat itu disuguhkan pertunjukan tari Natujang yang hanya ditonton kurang dari 1/4 kapasitas penonton. Btw, ada yang tahu darimana tari Natujang ini berasal? Inipun kalau saya tidak salah mengutip nama tariannya ya.
Sehingga menurut saya tagline untuk pariwisata negari ini simple
Dangerously Beautiful
Tapi….
Mentang-mentang negara ini cantik dan kaya, please don’t take it for granted.
Buang sampah sembarangan, bersabar antri saja susah, parahnya ada abu rokok di keramik koleksi Musium Nasional! Duh!
Kita saja yang local citizen kurang nyaman, apalagi turis!
PR kita masih banyak, sama-sama benahi. Dari diri kita dengan hal paling sepele.
Anda juga tahu dari mana memulainya 🙂
Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti Lomba Blog 10 days for Asean