It is relaxing, especially after I figured out things (on my own) ha!
Besides…
Writing keeps my sanity.
It is relaxing, especially after I figured out things (on my own) ha!
Besides…
Writing keeps my sanity.
Untuk 3 tahun kedepan, menyiapkan anak-anak saya ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Rasanya baru kemarin si adek setengah ngantuk ikut test psikologi masuk SMP, lalu saya naik ojek dari Ciputat ke Pondok Ranji karena harus kembali kerja. Blink of eyes, he’s freshman at High School.
Jadi concern saya, karena si bungsu masih suka bimbang. Untung cuma si adek, si kakak mah, alpha female! Ambisius ya ampun! Tapi enaknya saya “tinggal” menyiapkan biaya. Hhaahha dia sudah tau apa yang dia mau.
Untuk bidang olahraga, goal saya ngga ambisius lagi. Cukup FM sekali setahun sampai sekuatnya ahahahahha! Mudah-mudahan sehat terus. Dan untuk Hal personal lain, sudah saya tulis di sini dua kali, kembali ke bangku kuliah. Mau melunasi hutang janji saya ke almh ibu.
Sisanya ke personal development aja sih, saya baru baca report World Economic Forum, pasca Covid ini tatanan hidup bener2x berubah termasuk skil yang dibutuhkan untuk survive. Well ya, we’ll see.
Yang terlintas di otak saya saat baca topik hari ini, cinta seorang ibu benar sepanjang jalan. (At least, most of ibu-ibu). Walaupun saya yakin ngga cuma saya yang sering selisih pendapat sama ibunya, karena acap kali mereka – somehow-merasa lebih tau yang terbaik buat anaknya.
Saya jadi ingat sebelum berangkat umroh, ibu saya rencana masak buat bekal saya ke kantor (saat itu saya sudah mid 30’s, tinggal jajan padahal). Hal kecil-kecil itulah.
Pun saya ke anak-anak saya! Saya yakin doa yang terbaik pasti ibu-ibu siapkan di sela-sela waktu. Kerap mengesampingkan keinginan pribadi (misal yang paling simpel, belanja) tapi “lemah” kalau buat anak.
Ada meme yang melintas di linimasa saya beberapa waktu lalu, “mother’s love is unconditional, butbher temper is another story”
Banyak sih, tapi let me break it down
As working mother: atasan saya sekitar 6 tahunan di kantor pertama saya. Mbak Yessi. Dari dia saya belajar, jadi ibu dan ibu bekerja buat orang “selevel” kita itu pilihan. Maksudnya “selevel”, kita dengan sadar memilih untuk bekerja di luar rumah dan harus siap sama konsekuensinya. Dari blio saya belajar, memanfaatkan waktu jam per jam biar semua seimbang. Jadi saya ingat tuh, jaman makan siang dia pakai untuk belanja groceries atau keperluan sekolah yang diminta anaknya. Jangan coba2x hari senin nelpon dia nangis2x “maap mbak, anak saya sakit bla bla bla….ijin ngga masuk”
She’d asked you question : “kamu kemarin kemana?”
Rekan saya : “ya kemarin tamasya pergi bla bla bla bla”
Blio : “kamu tau kan ini musim hujan, bla bla bla dikondisikan semuanya. Ngga adil sama yang ngga punya anak, ngga bisa pakai alasan ini. Potong cuti!”
Ngerti kan maksudnya? 😉 Blio luar biasa bijaksana dan helpful. Orang pasti ada kekurangan, tapi kekurangan itu bisa ditutupi dengan ribuan kelebihannya.
As seasonal runner: kayaknya sering cerita juga di awal awal saya lari. Saya tuh pingin kayak ruthi. Dulu dia nge-blog juga di keluargahamdani kalau ngga salah. Indonesian family live in San Fransico. Anak laki2x kami seumuran. Ruthi nih sering banget ikut race. Lagi “jemur” Josh anaknya sembari lari pagi. Trus liat foto-foto blio pake medali, macam keren banget ih! Pengen kayak Ruthi! Sampai sekarang kami belum pernah kopdar!
Udah ah! Segitu aja! Mau meeting!
I’m not going to tell every school that I’ve attended. It will be boring anyway.
For the first 6 years of my life, I (we) lived in Rumbai. Hence, there is where I spent my kindergarten days. I remembered clearly, near the end of “TK Besar / TK B”, slightly before going to Primary School, I practiced this traditional dance “Soleram” for our farewell gathering.
Then, the teacher removed me from the squad. A week later, she asked Andre and me, to step in front of the class.
Her name is Ibu Elizabeth, she announced to the class
“Hari ini Kiky sama Andre terakhir. Hari Minggu besok mereka pindah ke Jakarta”
The all my classmates came to us, shook hand and bid farewell. I remember no one 😀
Even Andre (our dad worked in the same company, so we met every now and then on company’s gathering in Jakarta)!didn’t even remember we went to the same class! Meh!