Movie review : is love enough, sir?

Hail netflix! Sekarang bisa menonton film film asing non Holywood! Well ya, menurut saya, dulu juga bisa tapi terbatas.

Kemarin saya nonton film ini. Cerita seorang asisten domestik a.k.a pembantu rumah tangga, bernama Ratna, seorang janda karena suaminya meninggal. Dan dia dianggap pembawa sial oleh keluarga suaminya.

Hampir mirip dengan kaum proletar negeri +62 ini, Ratna juga memilih ke ibukota (Mumbai) untuk mencari nafkah dan gajinya dikirim ke kampung. Untuk keluarga alm suaminya dan untuk adik perempuannya sekolah. Ratna ingin adiknya jadi sarjana, tidak buru buru nikah. Sayangnya adiknya tidak sabaran! Pengen banget ke Mumbai sehingga bersedia dinikahkan muda (dengan mahar untuk pria yang masuk akal,sehingga orang tua Ratna memperbolehkan).

Adiknya ini tidak menyelesaikan sekolahnya, membuat Ratna semakin geram sama kehidupannya. Cita cita dia agar setidaknya, adiknya sarjana dan mempunyai kehidupan lebih baik, kandas.

Ratna, bekerja dengan Aswhin – civil engineer terkenal di Mumbai – karena berasal dari keluarga kaya property juga. Aswhin gagal menikah, sehingga teman diskusinya di rumah mau tidak mau hanya Ratna.

Ratna sendiri, awalnya ART ibunya Ashwin, dan di tempatkan di rumah Ashwin agar bisa membantu keluarga kecil ini. Sounds familiar ya? Mirip keluarga keluarga di Indonesia juga. 🙂

Anyway, Ratna berniat memperbaiki setidaknya kemampuannya. Dia minta ijin ke Ashwin untuk belajar menjahit saat Ashwin kerja dan diperbolehkan, bahkan memakai uang sendiri.

Ratna akhirnya bisa menjahit baju pesta sendiri dan dihadiahkan Ashwin majalah designer.

“Everybody entitled to have a dream, Ratna”

Melihat tuannya lebih santai kepada dia- sang pembantu – Ratna memberanikan diri bertanya ke Ashwin, cita citanya. ashwin sendiri menolak dipanggil Sir, panggil nama saja. Jelas Ratna menolak.

Ashwin menjawab, sebetulnya tidak ingin kembali ke Mumbai karena sebelumnya memiliki kerja yang membuat dia senang di NY. Tapi harus pulang, di suruh orang tua melanjutkan bisnis keluarga. Sounds familiar untuk ketiga kali +62 dan +91 ini. Ratnapun berkata, orang berduit pun tidak serta merta bisa mewujudkan mimpinya.

Long story short, Ashwin jatuh hati kepada Ratna.

Dan bukan….ini bukan tipe sinetron negeri ini sekitar 1 dekade lalu dimana seorang perempuan kaum marjinal dicintai seorang lelaki aristokrat dan mereka hidup bercukupan bahagia selamanya.

Ratna cukup “tau diri” dan berkata:

“Tidak semudah itu! Kamu tau kenapa saya diperbolehkan kerja di Mumbai? Supaya keluarga alm suami saya tidak perlu memberi saya makan. Itupun saya harus mengirimkan uang 4000 rupee ke kampung!

Jika saya mewujudkan cita cita saya, orang orang itu bisa kehilangan uang kiriman dari saya, pasti abang ipar saya menyeret saya pulang kembali jadi pembantu.

Duh!

Dalam! Deep!

Hidup memang tidak se-simple itu. Untuk sebagian orang, atau banyak orang, mewujudkan cita cita punya konsekuensi yang luar biasa! Merubah ekosistem keluarga terdekat! Sayapun patah hati dengar jawaban Ratna, hiks!

Akhir cerita, dibuat agak menggantung sehingga saya berharap Ratna benar-benar bisa punya butik!

Bukti film India, tidak sekedar joget dan nyanyi dekat pohon! Ah, tapi film Indonesia, juga bagus bagus kok sekarang!

Movievaganza :Dunkirk and The Teacher’s Diary

My #1 chose this movie, on Hari merdeka.Gave me a “huh?” question before I finally agreed. I got used to her always-opposite-to-mine- taste. As much as I love history, I hate this genre of movie.

Name after a city, when UK and French lost the battle during WWII , and Winston Churcil had to save his clueless 400,000 soldiers with invasion from NAZI. they had to waited and tried to survive in the designated beach the best they can do.  Some soilders just got frustated and jump to the sea. I believed the situation was too frustrating for them. 

 War is suck, hope it never happen again in my country and other part of the world. read Yousuf’s story here
And for whoever died, tried to save other’s life, no matter what race or religion they were, may their brave soul rest in peace 🙏🏽

There was one screen showed that one of the survive British Soldiers wanted to come out of the boat.

“I want to see the cliff!” He said

Then the screen play was in Dover. A beautiful white cliff.

After watching this movie, I looked at the map. i’m currious because the British  Chief in Commander (in the movie) always said

“Home is in front of us” with a sad look.

Ahh, it is! I have no clue is not ‘that’ far and Dover Cliff is a beautiful national park!

THE TEACHER’s DIARY

Another Thai’s movie I watched and this one also from GTH production. I watch many of its movies.

the Story is about Mr Song and he is a teacher in remote area in Thailand. don’t know which part of Thailand though. he is replacing Ms Ann who quit the job earlier that semester because her boyfriend asked her to (they want to get marry soon).

As an Indonesian, I could relate to a teacher must teach in poor-rural-area. Hero! 

 I can imagine Ms Ann’s lonely soul, living in with poor infrastructure area and she wrote all her galauness in diary to kill time, which she accidently left at school before she left for good.

 By reading her diary, Mr Song fell in love with Ann , a woman he never met…and so did Ann to Song later on…a man she never see in person but the four students keep mentioninh his name.

 trust me, this isn’t cheesey love story movie.

At least, at the end of movie Song yelled “SAWADIKARP P’ANN”

Anyway, here’s the trailer…The movie is very sweet! 

Movie time : Critical Eleven

Pagi-pagi nunggu kereta, this was the conversation in one of my WA group


Sebagian Teman gw mau road trip setelah Chicago Marathon Oktober ini. tiba-tiba gw inget..

“Eh iyaa, film CE kan settingnya ada yang di Brooklyn Bridge yaa”

Waktu gw bilang pengen nonton film ini (because I read the book,)…

Intermezzo dikit : although the book was okay…I don’t think any field engineer who work in offshore behave like Ale….I have a lot of friends who work in offshore rig…both women and men…dan itu teman gw yang mau ke NY  juga Field Engineer,  pernah kerja di Alaska sana. But yeah, it’s a fiction after all! nikmatin aja.

Ok, balik lagi. My friend, Pricilla, said this movie is not my cup of tea. Still, I did see the movie because….kan settingnya di New York!!! ada central park ada Brooklyn Bridge! New York gitu lhoooo…the concrete junggle where dreams are made of! Gw kayaknya gampang terpengaruh sama settingnya film di mana ya? Hahahah. Alasan  nonton Surat dari Praha  atau Tiga Dara-remix karena lokasi syutingnya. :))



And unfortunately, Pricilla was right.

😀

Sorry for die hard fans! Maaf yaaa buat yang nonton sampai 3-4x.

mana pace film-nya slowww gitu, sampai adegan Ale ngajak pulang Anya ke Jakarta, gw pun rasa ingin pulang ke Tangsel.

Tho I was thinking “Ale kerja di rig Mexico,  kenapa tinggal di New York ya? kenapa  gga di Houston? ” —> being  melancholic thinker who thinks too much I am…

setting di Offshore rig was my favorite scene keren banget. suka banget gw! Waktu business trip ke Pulau Matak,Natuna,  hampir 10 tahun lalu, gw ngga sampai rig-nya. Apalagi pas di bagian helipad situ! haduh keren banget!! pernah teman gw yang field engineer,  posting foto  sholat ied di Helipad Offshore Rig. Syahduuuu mennn! 

And I do admit, both Reza Rahardian and Adina Wirasti are super große Schauspielerin! A very great actress! 

Mainnya bagus banget! Benar benar kayak orang tua yang kehilangan buah hatinya. Gw emang suka banget sama mereka berdua, terutama Reza, main tokoh apa aja (My stupid boss, for instance) totalitas gitu ngeselinnya! 

Okeh, that’s all I have to say. ayo nonton film Indonesia! Gw ngga nulis movie review karena memang ngga nulis resensi. dan yang belum nonton, jangan bawa anak-anaknya ya! Some of the scenes are inappropriate for them. 

Until next movie!

And meanwhile, I wish I could fly back to this city again…or drive ! 😉 Can I get the Amin? 










Movie Review : Dangal

yeah….sikiky is back! Unties the knots, time to move on!

if Amir Khan made a movie, I know I have to watch it ( who doesn’t love 3 Idiots or P.K, anyone?) 

Another good movie about father-children relationship I watched this month.

adapted from a real story in India, it was  No surprise, more than half of the audiences were descendent from that country.


As ussual, I won’t tell the synopsis as you may read it somewhere. Some screens that struck me most:

  • Pillow Talk antara Orangtua Geeta dan Babita waktu mereka mau dilatih. Kira-kira gini lah :

Mama : Nanti ngga ada yang mau ngawinin anak kita

Papa : kalau merea sukses, mereka memilih bukan dipilih.

mama : apa kata orang kampung nanti?

papa : berapa lama mereka mau ngomongin kita? 

*coolest dad!*

  • Waktu Bebita nasehatin kakaknya.

“Walaupun papa marah sama  kamu, tetep saja dia papa kita, kamu anak kebanggannya”

Geeta terus menelfon papanya, nangis dan minta maaf. thing she barely do in such a long time.

Asli gw ikutan nangis jugaaaa….
—-

a spoiler Geeta Kumari had match in Jakarta, but she lost. 

Her dad (played by Amir Khan) re-watch the match and did many corrections….remotely! 

and …forget about the Joget India things. you wont see it in this movie.
PS : Dangal = wrestler = pegulat

Movie Review : Cek Toko Sebelah

Kayaknya gw udah lama ngga nulis review di blog. Kebanyakan galau :D.

Gw kan suka banget ya film Drama Comedy Thailand, apalagi dari produksi GTH macam Bangkok Traffic Love Story, Hello Stranger, ATM, terakhir yang gw nonton I FIne, thank you, love you . Yang terakhir gw nonton, streaming gitu, terjemahannya jelek. Jadi aja garing jatuhnya. Padahal kalau gw baca review orang-orang sih…bodor pisan!

Gw suka film2x Thailand tersebut,  karena menurut gw ngga lebay, mirip keseharian masyarakat sana yang mendekati kultur orang Indonesia juga NO fancy make up, rumah tinggal biasa aja, dan lain lain…dan lain lain. (sok tau aja sih ini, secara belum pernah tinggal di Thailand).

Anyway, setelah baca status path adek ipar gw, adek gw, bahkan sepupu ipar (blio nikah sama adek sepupu gw maksudnya), pada komen film Cek Toko Sebelah ini bagus banget. Apalagi ada anaknya presiden sebagai cameo. Aslik…pengen nonton.

 

cek_toko_sebelah

Gw sih ngga ngikutin ya, sepak terjang Ernest Perkasa ini. Gw cuma tau dia stand up comedian, pernah juga diributin di twitter ntah karena dia nginjak foto tokoh politik siapalah. Lupa-lupa inget gw (malas juga googling!)

Anyway, ternyata emang benar tuh kata adek-adek gw. Film ini berkesan banget! Dari nyengir, ketawa ngakak, terharu, nangis berlinang air mata bisa diulang sampe 18x dalam satu film. Dari semua film Comedy Thailand yang gw suka, KALAH sama film ini! 😀

Apaalagi setting ceritanya Indonesia banget. Judulnya aja Indonesia banget menurut gw.

 Cerita Engko Afuk — etnis Tionghoa—, yang punya toko kelontong buat supplai warung-warung kecil ataupun masyarakat sekitar dia usaha. Siapa sih yang ngga familiar dengan kondisi itu selama loe tinggal di Indonesia? Jaman gw SD, gw sekolah di Sekolah Katholik yang 95% siswanya Etnis Tiongha, banyak banget temen gw yang Popo/Kukung/Papinya punya toko kelontong, pas liburan sekolah mereka harus bantuin jaga toko. Ngga semua orang Indonesia keturunan Tiongha tuh anak cucu Eka Tjipta, Katuari (wings Group), Hartono (Djarum), etc. Banyak dari mereka sama rakyat jelata juga kayak kita-kita. Dan ini ditampilkan di film, mereka suka ngumpul sekalian taruhan, misalnya.

Sinopsis cerita sih banyak beredar lah ya…bisa baca sendiri. Fokus cerita /tokoh utama emang ke Erwin sih, tapi my favorites line from the movie justru keluar dari adegannya Yohan.

  • Waktu Yohan yang lagi boncengin Ayu hampir tabrakan dengan mobil, Yohan yang ceritanya temperamen ngamuk ke yang nabrak. Yohan lalu teriak, “Emang negara punya bapak loe, apa?” Keluarlah sosok yang nabrak itu yang pasti loe bikin at least nyengir. ====> Indonesia banget ini, both makian maupun muka yang nabrak =)). Harus liat sendiri, ngga lucu kalo diceritain.

 

  • Waktu Yohan terpaksa pinjem duit ke bapaknya bikin hati gw greges2x gimana gitu. Gw inget, gw terpaksa melakukan hal yang sama ke bokap gw. Ada 2 yang harus gw kasih makan sama sekolahin, sampai bayar asisten gw  udah malas,  mending gw kerjain sendiri, budgetnya buat yang lain!  Pas Yohan dapat imbalan kerja, dia datang ke toko bapaknya. Terus bapaknya bilang (tanpa liat muka Yohan, karena ceritanya mereka ngga akur) “Simpan aja buat kamu. Uang orang tua buat siapa lagi kalo bukan buat anaknya” ==> maknyess banget kan….ucapan persis sama dikeluarkan orang tua gw.

 

  • Waktu Ayu, istri Yohan bilang pengen pindah ke Jogja buat bikin toko kue, tapi lokasi toko itu punya mantan pacarnya Ayu tanpa Ayu harus bayar sewa. Yohan bilang “Yang berkewajiban untuk mewujudkan mimpi kamu tuh saya, bukan orang lain”  ===> huahhh….meleleh aku meleleh….
  • Waktu Yohan dan gang judinya ngumpul. Yohan sempat curhat, toko bapaknya dikasih ke Erwin. bla bla bla…temen-temannya ngomong “Biar loe Cina Miskin ngga punya toko, kita tetep mau kok temenan sama elo” ==> sianjisss…kocak bener pas ini….gw paling suka adegan mereka ngumpul-ngumpul sekalian taruhan/judi, makan indomie, becanda garing, dll. Acara kumpul-kumpulnya Indonesia banget lah….

What I love about the movie:

  • Film ini ceritain banget perjuangan orang tua buat anak-anaknya dan pentingnya keluarga. Bait lagu “Harta yang paling berharga, adalah keluarga…” (pada ingat ngga sama nih lagu? Si Erwin dan seketaris boss sih ngga tau…hahahah. Anyway, bait lagu ini diulang berkali kali sama bosnya Erwin dengan suara cemprengnya.
  • Yohan dan Ayu, dengan segala keterbatasan, saling sayang namun ngga ada adegan mesra norak gimanalah selama film ini. Padahal mereka (ceritanya) suami istri.
  • Gw pernah bilang sama temen gw orang asing, dia belum pernah ke Indonesia. dari Australi cuma ke MY terus Thailand.  Gw bilang ke dia, intinya, loe kalo ke sini (Indonesia), even baru pertama kali dan ngga ngerti bahasa Indonesia, loe pasti tau bedanya orang dari Indonesia bagian barat sama yang dari bagian timur. Ada banget di film ini. Kaya rayanya negeri ini….

 

Wajib tonton, pakai banget!!!!