Pada akhirnya harus “move on”

Update blog ah! 😀

Still related to sudden-impulsive-short trip to Bandung. I haven’t travelled any where, not even Bali or Jogja -___-.

Tahun lalu, selain saya ambil gap year – hence, no fixed income , kasus C*vid kan juga tinggi ya. Literally, di rumah saja.

Bulan Oktober lalu, si kakak tiba tiba nelfon dan menangis. Rupanya sakit. Kombinasi stress mau UTS, makan tidak teratur dan mungkin gizi-nya seadanya -___- akhirnya tumbang juga.

Saya serba salah di telfon minggu siang gitu, akhirnya memutuskan ke Bandung sore itu juga. Cari tiket kereta api, habis! Iyalah, minggu sore.

Akhirnya memilih “Shuttle Bus” C*titrans, keberangkatan sekitar jam 4 sore dan saya tiba di Bandung 3.5 jam kemudian. turun dekat kos kakak langsung jalan kaki dari situ.

And I tell you what, that was my very first time taking shuttle bus / travel car to Bandung. 🤣 begitupun pulang. Ketika kakak merasa baikan keesokan harinya, sore itu saya cari tiket pulang, 3 jam-an kemudian sampai Bintaro. Effortless, compare to travelling with train.

Duluu…saya pernah menulis pengalaman berkesan naik KA Parahiyangan yang legendaris di jamannya, namun akhirnya harus menyerah karena tidak ekonomis lagi.

It was my first time 😂

Saya ingat beberapa pakar transportasi/dinas perhubungan yang menyayangkan kebijakan pemerintah saat itu, pembangunan massive akhirnya berdampak pada moda transportasi lain.

Sayapun ikut-ikutan mellow saat itu, walaupun naik kereta api nya bener bener once in a blue moon, setahun saja belum tentu ada sekali.

At the end, sayapun memilih yang paling praktis. Cari travel dekat rumah dan sampai kota tujuan, cari tempat stop yang paling dekat dengan tujuan.overall cost lebih murah. Dibandingkan saya harus ke Gambir dulu (satu jam perjalanan dengan mobil maupun naik Commuter Line ke Tanah Abang) lalu dari Stasiun Bandung harus naik taxi lagi, begitu pula sebaliknya.

Seandainya kereta regular KA Parahyangan masih adapun, probably I still opt for travel car. Pada akhirnya, kita harus “move on” juga.

PS: i just arrived at home from Bandung, taking one day off – yes…with mobil travel.

Mendadak Bandung

Di postingan sebelumnya, saya mencoba menulis post dalam Bahasa Jerman. Hahahhaha. Sembari isi waktu, dari bulan Agustus saya les Jerman online. Kualitas so-so sih, untuk sekedar familiar sama grammar dan beberapa perbendaharaan kata, oke lah.

Anyway, seperti yang di posting sebelumnya, akhir pekan lalu, habis sepedahan ke Pantai Indah Kapuk sama keponakan saya, lagi golek-golek, tiba tiba kepikiran pengen liburan. Karena si Kakak sudah bisa menyetir, saya tanya mau ke Bandung ngga. Semalam saja. Selama 20 bulan terakhir kami memang tidak pernah keluar kota (Bogor tidak dihitung ya Hahaahha), tidak pernah staycation juga. Saya yang biasa Race-cation sana sini jujur jenuh juga, apalagi setahun terakhir mostly di rumah.

Kami booking hotel untuk semalam di daerah Dago, Four Points karena itu yang masih ada kamar kosong! Kirain era air BnB dan menjamurnya penginapan murah, cari hotel lebih mudah, ngga juga ternyata.

Long story short, sekitar jam 1 siang dari TangSel, ketebak sih, sekitar Jakarta Outer Ring Road menuju Bekasi ya macet dan….saya lupa, sangking jarangnya berpergian, ruas toll Bekasi menuju Karawang sudah elevated! Waduh, bensin tingat setengah ini! Terlalu menggampangkan masalah, karena berpikir akan isi bensin di rest area pertama setelah Bekasi itu!

Toll elevated sekitar 36km, lumayan ya memperpendek waktu tempuh dan bensin masih aman. Melajulah saya menuju rest area berikutnya di Km 70’an yang stuck tidak bergerak! Ah malas! saya memutuskan membatalkan ke rest area dan terus menyetir. Saya mengingat-ingat, sepertinya baru kemarin saya menyetir mobil ke Bandung. BIasanya disupiri! rasanya lama betul, tidak sampai-sampai. Sampai pintu toll Bandung sekitar jam 5, dan bensin sudah tinggal 2 garis. Expected kan macet ya, googling pom bensin terdekat masih 2Km lagi. Duh. Keluar pintu tol Pasteur, setelah lampu merah belok kiri langsung cari pom bensin sesuai yang dikatakan google map. Dapat sih – just in time – tapi balik ke kota lagi, mutar-mutar dan macet juga. Baru kemudian tahu, sepanjang Jalan Pasteur banyak pom bensin berserakan! Jiah! Kena prank google map.

Sampai jam 6 sore di hotel, check in, mandi dll. Saya minta tolong adek untuk membeli makan malam di sebelah hotel, note that, kami bertiga belum makan siang. hahahaahh. Setelah makan saya memutuskan untuk tidur cepat, capek bok! Sementara anak-anak minta ijin ke Braga, mau foto-foto.

Besok paginya, saya bersepeda. Sudah dapat saran rute dari teman kantor dulu, teh Ria. Rutenya dago – arah Braga – arah Soekarno Hatta – Kiaracondong – belakang Gedung Sate, dan karena agak familiar sama daerahnya saya ke Kupat Tahu Gempol, duh favorit. Baru mau mesan, tiba tiba Wawan whatsapp bilang sudah sampai di BikeStory, tidak jauh dari penginapan saya. Saya, Wawan dan Mas Wawank memang janjian bertemu, mereka teman dari jaman PPE, manajemen trainee di bank pertama saya. Kedua Bapak-bapak ini, bertugas di Bandung dan none of them (us) work in our first bank. 😀 Sementara anak-anak ke ITB jalan-jalan. BIkestory di Taman Sari ini lumayan enak makanannya, bakwannya enak banget! Mau nangis makannya! Ada toko kue kecil jualan cookies, enka-enak juga.

Sebelum check out kami memutuskan menginap semalam lagi, cari hotel yang lebih murah! Lalu kami visit Om Yan dan Tante Rosa, kerabat dekat alm Om dan almh ibu saya. Mereka sudah tahunan tidak bertemu anak-anak. Lalu kami ke hotel berikutnya. Sedang menunggu lift, saya bertemu Cici Yos, rekan di kantor yang sama dengan Teh Ria. Beliau lagi mengantar anak bungsunya tanding tenis di GOR Saparua. Sepertinya, kondisi berangsung normal ya. Sudah mulai ada sport match lagi, meski penonton dibatasi.

Besok paginya saya keliling saya jalan kaki sekitar 5Km. Enak sekali udara Kota Bandung saat itu, dingin, seperti lagi musim gugur. Hahahah #halu. Ci Yos whatsapp saya, katanya ketemu anak-anak di tempat sarapan dan dia menawarkan voucher sarapan dia yang tidak terpakai. Wah, saya sudah di Kupat Tahu jalan Gempol, macam wajib makan ini di Kota Bandung. hahahaha Akhrinya saya pakai juga buat minum kopi dan bubur ketan hitam ketika keadaan ruang sarapan sudah mulai sepi. Chaos banget lihatnya. Dan suka sebal lihat tamu yang ambit makanan banyak-banyak lalu tidak habis.

Saya sampai les Jerman dulu, si Kakak ketemu Temennya di Braga, sekitar jam 12 kami check out dan makan siang di Braga sekalian jemput Kakak.Saya janjian lagi sama Wawan. Setelah makan siang, lalu kami menuju Pasteur dan pulang.

Nah, sekitar 1Km menuju elevated toll di daerah Karawang, Kakak yang saat itu menyetir nabrak pinggiran bahu jalan. Ban Mobil kami di sebelah kiri sobek! Alhamdulilah saat itu kondis tidak ramai dan dapat segera menepi. Kami telpon pihak Jasa Marga. Cut the story, anak-anak ikut mereka membeli ban di Karawang untuk menggantikan ban mobil yang sobek. Baru saya sadar , ban belakang belum diganti dari pertama kali beli mobil. Astaga! Lalainya saya selama ini.

What a trip! singkat dan penuh kenangan!

Der Ersten Post auf Deutsch

Ganz auf Deutsch 😉

Halo zussamen!

Last wochende, Ich habe ein Kurzreise nach Paris…..van Java! Es war impulsiv dass Meine Totcher kann fahren. Ich habe ein Zimmer in Dago bestellt für ein Nacht und wir angekommen in Hotel am 18.00 Uhr. Es was Four Point Hotel.

Nach Abendessen ich ins Bett gehen aber Meine Kinder ins Braga gegengen.
Am Morgen habe ich kurzreise mit meinem Fahrrad für 20Km, aus Dago nach Kiaracondong. Dann habe ich meine alten Freunden von PPE getroffen in BikeStory. Wir haben Coffee with Sunquist, Bakwan aund Bubur Ayam gegessen und Meine Kinder nach ITB gefährt.
Nach dem Hotel checkout besucht wir meine Relative. Es was eurer esrten Zeit um meine Kinder nach 7 Jahren zu sehen, vielleicht 8 aber 9 ? Ich vergesse.

Dann wir wollten für einmal Nacht, in Dago auch.
Am Montag habe ich Kurzlaufe fur 5km und natürlich Kupat Tahu Gempol gegesen. Ich liebe es, meine Liebelingessen in Bandung.
Zurück nach Tangsel nach Mittagessen, wir haben Unfall, flat tyre im Km 100’s aus Bandung. Oh Nein! Es braucht zwei Stunden den Reifen reparien. ich verstehe dass dem Reifen sind 6 jahre alt!

3sixty
Das Frühstück

Bandung Trip – Last day 

Day 3
I woke up with a purpose, run the entire Jalan Juanda a.k.a Dago which means I run all the way up….and ended my run in the famous kupat tahu Gempol (a mix of rice cake, tofu, sprout beans showered my peanut sauce) as well as Roti Gempol which is located behind the Kupat Tahu .


It was also a nice decision, the air was even cooler, and I saw a pretty neat pedestrian street. RIdwan Kamil really means what he said when he became city major : “memanusiakan Kota Bandung”



After close to Simpang Dago, I made a turn, strolling the street in Dago Area with big, beautiful old houses! i wish one of my relatives live there so I can visit or stay 😉

bagus banget ya rumah-rumah tua dan luas di Dago. 


Well, unfortunately, the famous ROti Gempol opened its store at 9 am and it was only 8-something.  so I only had Kupat Tahu Gempol for breakfast! 

To make story short,

We took 3 pm train back to Jakarta and I saw tooooooo many motorcycles in Cikampek area! Must be very macet

A bientôt, Paris….
….van java!  

Bandung-Day 2

i woke up early with a purpose: I must run in Bandung!
And it was a best decision ever! (Lebayy!)

the very fresh mountain breeze! pantes namanya Paris Van Java, even in 2017 where climate- global warming-issue, the air is still cool, just like spring time in sub-tropical countries. It must be even cooler back in 1800-‘s during Dutch Collonial era.

this was my route, 

Rute lari
and I took a pic with its famous landsmark, whispered : “sorry, I can’t make it for Pocari-Bandung Half Marathon the end of this month” 


The BIB recently sold, if you are wondering.

When I want to take my pic with the whole word of GEDUNG SATE, I asked pak Satpam to take my pic!  With so many visitors, they know what to do with your phone! 
“ibu diam aja di situ! jangan gerak

(Stand still, don’t move)

turn out he use “panaroma” mode to take this pic! BIg applause pak Satpam.


later, we took Grab Car service  to Hummingbird Cafe to have breakfast.

And little walk to The Heritage (factory outlet)  because #1 to do some shopping, back to hotel and went to Lina’s wedding.

Around 1 pm, Teh Molly picked us up on the wedding venue.  It was our second time meeting each other in person. We were friend from blogspot era (that was in 2006 I guess)- multiply-and although she doesn’t write anymore, yaaa masih temenan lah di Path dan instagram. She took, Trixie, her daughter with her. 

She drove us again to Happy-Go-Lucky, i wanted to buy the shoes and eat Pompidou cake again.


And of course, strolling around the city to find the famous Blue Jersey from PERSIB BANDUNG


later we had Cwie Mie for late lunch, 


belanja kain di pasar for her new handicraft items to be sold (pada tau Shibori?) and dropped us to hotel, then picked us again for dinner time.

We had Nasi Kalong, red rice cooked with herbs and stock with so many lauk pauk.


an open air restaurant runs by a family. 

i love this city for having so many independent entrepreneurs! a lot of ma-pa shops. not the franchise ones!   

Later we called off the day with Bandreks and Bajigur!