Yes, the city not Bryant #krik
Musim semi sudah mau kelar, catper musim dingin belum selesai juga. Saya sih masih niat rampungin catatan.
Anyway, jalan jalan di Jepang ini tidak sulit sebetulnya although you dont speak/read Japanese. Ada di google semua, it’s really in your finger trip.m
Karena 5 Januari adalah Jumat pertama di tahun 2018 dan #pencitraanitupenting, saya bikin jadwal untuk sholat Jumat di Kobe Mosque, the oldest mosque in Japan!
Sekalian menepi, Osaka is a big city and I have enough with big city! Ich habe die Nase voll! :(( On weekdays, hidup saya aman sampai jam 8.30 am, the moment I arrive at Palmerah station, setelah itu senewen dengan rentetan klakson, debu dan macet! Rasanya ingin kulempar bom molotov.
Ok balik lagi. Hari itu hujan di Osaka. trip dari Namba harus pindah stasiun. Stasiun yaaaaa bukan pindah jalur macam di Stasiun Manggarai! Sudah sampai stasiun yang dituju, as usual saya ngga percaya diri, tetep lagi nanya ke orang lokal. Cem waktu di Fussen lah.
“Sumimasen…this train goes to Kobe?” Sambil nunjuk hp ke 3 orang ibu lansia yang sedang berdiri dekat pintu. They said “haik”
Dari Osaka Station ke Kobe Sannomiya Station butuh sekitar 30 menit with 5 stops.
Ngga lama, saya dapat duduk, setelah setengah perjalanan, salah seorang ibu itu nyamperin saya.
Obasan (an older female) : &@?;$@:@: *then her fingers formed V-sign* she explained to me Kobe will be another two stations.
Saya (yang sudah mengerti 2 stops lagi sampi Kobe dari google map tetap harus komen ramah donk. Namanya juga saya tamu )!
Haik
Wakarimasita ( I understand)
Domu Arigato Ghozaimasu (thank you very much)
Matane Kudasai (see you!)
Obasan : Nihongo jyouzu desune (you speak good japanese). And she gave me thumb up.
Nyiahahahahahha! Kuingin ambil phD di Waseda University rasanya!

On the train to KOBE
Sampai di Kobe, begitu ingin keluar stasiun, ada petugas manggil saya. Kasih peta! Service Excellence kali! Our southeast Asia look with me wearing jilbab! Ukhti ini mau ke mesjid pasti! Mungkin begitu batin si petugas.
When the officer gave me the map, he explained in Japanese. Gw ho-oh aja

Rainy Kobe
Dua minggu sebelum ke sini, saya liat Instastory-nya Een, teman kuliah saya yang tinggal di KL. Kota ini tampak menarik di mata saya, namanya juga kota pelabuhan. Pasti ada asimilasi budaya, etc
Jalan ke mesjid sendiri nanjak dan angin musim dingin ini kok ngga santai yesss!

Rainy Kobe, can you see the hill?
While papa dan #2 sholat Jumat, kami nunggu di kafe dekat situ. Saya minta ijin mau nunggu agak lama. Saya ketik bahasa Inggris di hp untuk diterjemahkan ke bahasa Jepang biar yang punya kafe mgga keberatan saya nunggu lama di situ.

View Outside
Mana lagi hujan, suasana kafe-nya santai, view keluar juga bagus…bweuh, kalo saya penulis novel pasti sudah bikin cerita romens Menunggu di Kobe.
Setelah sholat, kami buru buru cari restoran…tentunya Kobe Steak! Aheyy! Kenapa musti buru buru, karena last order tuh jam 14.30 lalu jam 3 restoran tutup sampai jam 6 sore baru buka lagi.

Kobe Steak

Halal Restaurant

Inside Mesjid Kobe

Rainy Kobe
Since it was raining, I cancelled my initial plan to stroll around harbor area, jump in Giant Ferris Wheel. It was two degrees Celsius and extremely cold for tropical kids (with the wrong clothes.
Long Story short, ya sudah langsung kembali ke Osaka.
I finally spend time in the famous Dountoburi and snapped a pic of me with the famous Glico Man.

The Famous Glico Man
Eh giling yaa di sini, every other two people I met speak Indonesia! Banyak bettttt sis sis IG yang buka Jasa Titip! Berasa di Pasar Baru!