Adek bangga kok…

Jadi ketika saya merasa pilihan yang saya buat itu salah, rasa gelisah benar benar menghantui saya.

Saya sampai menangis di pagi hari, mencari keberadaan ayah saya, layaknya saya di usia 5 tahun!

Memang banyak yang bilang, setua pun apa anak, tetap butuh approval orang tuanya, sekedar afirmasi.

Menjelang malam, di meja makan, anak bungsu saya bertanya. Kenapa gelisah.

Saya beberkan semuanya dan berkata:

“Bunda cuma pengen Totok (panggilan anak anak untuk ayah saya, harusnya Atok/atuk/datuk, tapi si kakak sebagai cucu pertama dulu manggilnya Totok, ya ke terusan), adek sama kakak bangga sama bunda. Bunda malu, gagal lagi di umur segini.

Seraya mengunyah makanan, si bungsu berkata

“Adek bangga kok sama bunda, bunda kan single figter”

Lalu air mata mamak mengalir…deras.

Tribute to Nurian

Kali ketiga saya menulis di blog ini tentang Rian, pemuda awal 20’an yang saya kenal sebagai kasir Laws*n Midplaza. Buat saya, semangat juangnya luar biasa, pantang menyerah dengan keadaan, all out kalau kerja.

Tadi saya beli kopi di kombini ini (kombini = convenient store). Di lokasi lain, bukan midplaza. Kasir yang melayani saya ramah banget, cheerful! Saya komen, awalnya memang basa basi.

“Saya dulu temenan lho sama kasir Laws*n juga, Rian namanya? Tau ngga? Dia dulu kerja di Midplaza, bla bla bla”

Kasir yang melayani saya ngga kenal, in my surprise rekan dia malah komen:

“Nurian mbak?”

“Waduh ngga tau nama aslinya. Saya manggil dia Ryan bla bla bla bla…kalian kenal? Salam ya! Bilang dari Kiky!”

Saya melihat raut muka mereka berubah.

“Nurian xxxxx kan mbak? Sudah meninggal mbak?” Kata pegawai yang lain, saya ke rumahnya ngelayat.

Ha?

Saya terkejut, saya sampai mencari postingan 3 tahun lalu waktu dia pamitan sama saya! Ada foto saya dan blio, pak Satpam di Midplaza yang memgambil gambar kami. Saya tunjukkan ke pegawai Laws*n.

“Iya mbak bener. Agustus tahun lalu meninggal karena sakit. Dia sakit sudah lama tapi kami ngga ada yang tau” bla bla bla

Setelah mengambil kopi saya keluar gedung, mencari udara segar. Terduduk dan menangis. Kehilangan inspirator saya! “Orang kecil” berjiwa besar.

Rasanya ingin kalau ketemu lagi, mendengar kabar blio sudah selesai kuliahnya. Tuhan punya agenda lain.

“Verily we belong to Allah, and verily to Him do we return”

Waktu saya post ulang cerita saya tiga tahun lalu itu, si Lina, rekan saya di Midplaza dulu komen gini, biar punya banyangan, gimana all out nya dia kerja.

Day 29: my goal for the future

Untuk 3 tahun kedepan, menyiapkan anak-anak saya ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Rasanya baru kemarin si adek setengah ngantuk ikut test psikologi masuk SMP, lalu saya naik ojek dari Ciputat ke Pondok Ranji karena harus kembali kerja. Blink of eyes, he’s freshman at High School.

Jadi concern saya, karena si bungsu masih suka bimbang. Untung cuma si adek, si kakak mah, alpha female! Ambisius ya ampun! Tapi enaknya saya “tinggal” menyiapkan biaya. Hhaahha dia sudah tau apa yang dia mau.

Untuk bidang olahraga, goal saya ngga ambisius lagi. Cukup FM sekali setahun sampai sekuatnya ahahahahha! Mudah-mudahan sehat terus. Dan untuk Hal personal lain, sudah saya tulis di sini dua kali, kembali ke bangku kuliah. Mau melunasi hutang janji saya ke almh ibu.

Sisanya ke personal development aja sih, saya baru baca report World Economic Forum, pasca Covid ini tatanan hidup bener2x berubah termasuk skil yang dibutuhkan untuk survive. Well ya, we’ll see.

Day 28: write about loving someone

Yang terlintas di otak saya saat baca topik hari ini, cinta seorang ibu benar sepanjang jalan. (At least, most of ibu-ibu). Walaupun saya yakin ngga cuma saya yang sering selisih pendapat sama ibunya, karena acap kali mereka – somehow-merasa lebih tau yang terbaik buat anaknya.

Saya jadi ingat sebelum berangkat umroh, ibu saya rencana masak buat bekal saya ke kantor (saat itu saya sudah mid 30’s, tinggal jajan padahal). Hal kecil-kecil itulah.

Pun saya ke anak-anak saya! Saya yakin doa yang terbaik pasti ibu-ibu siapkan di sela-sela waktu. Kerap mengesampingkan keinginan pribadi (misal yang paling simpel, belanja) tapi “lemah” kalau buat anak.

Ada meme yang melintas di linimasa saya beberapa waktu lalu, “mother’s love is unconditional, butbher temper is another story