We arrived before 9 am, KL Time. I only brought RM 75 with me (sisa sisa dari Langkawi) which only enough to buy DIGI Sim card RM 40. Saya pikir ATM ada dekat gate keluar. Kurang RM 5 buat beliin #2 SIM Card. hampir mau minjam uang sama orang Indonesia di sebelah wkwkwkkw (tuker sama IDR maksudnya).
My last overseas trip before pandemic outbreak was to Malaysia, and my first overseas trip after pandemic was to this country as well! Ya nasebb, mantan pegawai bank merah-nya LOL.
Imigrasi tidak terlalu ramai, cuma petugas tumben2x minta ditunjukkan tiket pulang. Ambil bagasi, imigrasi cek point, Afiza sudah di depan menunggu saya.
Kami sarapan dulu di bandara, saya cari ATM. Ngga punya cash.
Afiza menyewakan mobil untuk ke Malaka, Toyota Inova! Hish senangnya tidak perlu naik bus. Sekitar 2 jam perjalanan sampailah kami di kota Melaka.
Kami menginap di Swiss Heritage Boutique Hotel, sebetulnya saya salah booking, saya pikir ini jaringan swiss belhotel wkwkkwkwkw.
Karena belum bisa check in, saya jalan-jalan dulu sekitar hotel. Deretan bangunan-bangunan tua yang terawat baik, sebagian kosong, jadi hotel, toko, restaurant atau musium.
Saya pun mengunjungi Baba Nyonya Heritage Museum. Dulunya, bangunan ini rumah milik Cheng Chiew pastiny saudagar kaya raya di jamannya. Furniture di rumah ini masih asli semua makanya tidak boleh duduk. HTM = RM 18

Setelah shop hopping, check in, kembali menyusuri Jonker Street. Yang menurut saya seperti Jalan Braga Bandung. Campur aduk oranf2x ras China, Melayu dan India. Seru-seru banget. Stall makanannya seru-seru, toko toko, restoran bahkan Mixue. Oh ya, cari makanan halah agak sulit di sini. Kami makan di restoran yang menyediakan Nasi Ayam, enak deh. Lokasinya di dekat pertigaan Jonker Street dan Jalan Tongko. Atau japri saya deh wkwkwkwkwk.

Oh ya, kalau malam jalannya ditutup untuk kendaraan, kiri kanan itu pedagang makanan semua.
Sorean dikit, saya ambil River Cruise HTM RM 35/person non Malaysian. Cruise-nya sekitar 5Km bolak balik menyusuri sungai yang sarat dengan bangunan tua dan bersejarah. Duh! Bersih banget! Hampir tidak ada sampah, Cisadane atau Ciliwung bisa dibuat seperti ini tidak sih

Setelah boat cruise, saya menghabiskan sisa sore berjalan sepanjang sungai yang memang ada pedestrian walknya.
Besoknya, saya jalan pagi menysuri sungai. Ish, kalau lari pagi malah lebih terlihat cantik bangunan2x tuanya. Dirawat sekali! Hotel-hotel non-chained hotels juga lucu-lucu deh!
Selesai sarapan saya ke Sky Shore Tower, untuk ke observation deck-nya. Lantai 43, antri liftnya agak parah , lama, dan tidak teratur ya. Bangunan ini hotel dan shopping mall. Cuma toko-tokonya banyak yang tutup. Efek Pandemi kayaknya. HTM RM 25/person.
Dari observation deck, kami ke St Paul Hill. Ada reruntuhan gereja jaman Portugis di sana dan nisan dari orang-orang Portugis tersebut (bayangkan! Dari tahun 1600-an).
Sekali lagi saya salut untuk para wisatawan yang membantu menjaga situs sejarah. Tidak ada sampah bergeletakan, dan masuk situs ini gratis lho. Anak-anak paling suka disini.
Terdapat juga kuburan Belanda di komplek ini.
Turun sedikit beberapa museum, Dataran Merdeka yang penuh wisatawan dan pedagang. Ah saya tidak tahan! Lelah!
Saya pulang ke hotel saja, rencana mau cuci baju di laundry mat 24 jam (saya google lokasi terdekat). Anak-anak lanjut foto-foto! Duh!
Dulu mereka kesal kalau saya foto-foto, sekarang kebalikan. Oh ya, ini kedatangan mereka kedua di negara ini, pertama kali tahun 2013.
Kami cuma dua malam di sini, si kakak tidak sabar pengen ke kota besar! Ish….saya kurang puas.





Lovely wee city! So picturesque as well